“Penganan
Pelite”
Kue Rakyat Kegemaran Tokoh Bangsa
Kota Muntok, sebagai salah satu kota tua dengan sejarah panjang akulturasi budaya pada masyarakatnya memiliki kekayaan kuliner berupa keragaman kue nya. Pada tahun 2010, dalam peringatan hari ulang tahun Kota Muntok yang ke 276, Kota Muntok memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia sebagai kota dengan jumlah jenis kue terbanyak. Tercatat setidaknya 217 jenis kue yang terdaftar dalam acara tersebut. Dijuluki sebagai Kota Seribu Kue, jika berkunjung ke Muntok kita dapat melihat hamparan kue dari seberang Masjid Jami’ dan Kelenteng Kong Fuk Miau, terdapat sebuah gerai kue khas Muntok yang dipadati aneka jajanan kue tradisional. Diantara ratusan kue-kue tersebut, Penganan Pelite adalah salah satu jenis kue yang tercatat dalam kuliner kue khas Kota Muntok yang telah diakui oleh MURI.
Sumber : Disparbud Babar
Penulis: DD Siregar
3000 Culok dan Pawai Obor Kampung Daya Baru Pal 4 Kecamatan Muntok
Dalam menyambut bulan Ramadhan, warga Daya Baru Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengadakan kegiatan pawai obor. Pawai pada malam hari ini merupakan salah satu tradisi rutin warga Daya Baru yang dilaksanakan sehari sebelum puasa Ramadhan. Tidak hanya diikuti oleh warga kampung Daya Baru, tapi banyak warga sekitar yang ikut berpartisipasi. Kurang lebih 3.000-an warga, dari anak-anak hingga orang tua, laki-laki dan perempuan mengikuti moment setahun sekali ini, yang merupakan tradisi turun temurun sebagai wujud dari rasa syukur masyarakat dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Sumber : Disparbud Babar
Penulis: DD Siregar
Mulang
Tahun
Ritual
Adat dan Wujud Silaturahmi
Masyarakat Desa Pangkalberas
Ritual Adat dan Wujud Silaturahmi
Masyarakat Desa Pangkalberas
Pada zaman dahulu terdapat banyak kepercayaan yang
menjadi patokan di sebuah daerah. Kepercayaan itu diwujudkan dalam bentuk
sebuah ritual, dan pelaksanaannya selalu diulang setiap tahun. Seperti halnya
masyarakat Desa Pangkalberas yang memiliki kepercayaan bahwasanya ladang yang
selama ini mereka kelola tak perlu dijaga ketat dari para binatang penganggu
dan hama-hama, karena pada zaman terdahulu tak ada racun penawar. Mereka sangat
percaya jika ladang-ladang tersebut akan dijaga oleh para leluhur. Adapun kepercayaan
mereka ini bermula pada sebuah peristiwa yang terjadi di waktu lampau.
Dikisahkan ada seorang wanita tua warga Desa Pangkalberas bernama nek Saridah yang
tersesat di hutan rimba, dan wanita itu tidak pulang-pulang. Dari hari ke hari
dicari terus menerus, namun tidak juga ketemu. Lama kelamaan pada suatu hari
terdengarlah suara dari dalam hutan “ saya tak akan pulang”. Warga berpendapat
itu adalah suara nek Saridah, dan warga percaya jika nek Saridah menjadi
penunggu hutan tersebut, dan juga menjadi pelindung kebun dan ladang warga.